Ketika berduka atas kematian seseorang yang kita kasihi, kita berpegang pada janji Yesus tentang kehidupan setelah kematian. Kitab Wahyu mencatat penglihatan Yohanes tentang sekumpulan besar orang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa yang berdiri di hadapan takhta Allah di surga (7:9). Kebenaran yang tersirat dan melingkupi bagian Alkitab ini adalah bahwa ini merupakan suatu perjumpaan kembali yang penuh sukacita ketika “Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu akan menggembalakan [kita] dan akan menuntun [kita] ke mata air kehidupan” (ay.17).
Meninggalnya setiap orang percaya dalam Kristus merupakan gambaran tentang suatu hari kelak ketika kita akan berkumpul kembali bersama mereka dan Tuhan. Dalam kesedihan kita sekarang ini, kita memiliki pengharapan karena mengetahui bahwa “mereka dikumpulkan satu demi satu.” —DCM
Di balik malam kita berjumpa
Kawan seiman yang ditebus;
Di rumah Bapa tak lagi pisah,
Di balik malam kekal kudus. —Brock
(Pelengkap Kidung Jemaat, No. 284)
Kawan seiman yang ditebus;
Di rumah Bapa tak lagi pisah,
Di balik malam kekal kudus. —Brock
(Pelengkap Kidung Jemaat, No. 284)
Perpisahan merupakan kodrat duniawi; perjumpaan kembali itu kodrat surgawi.
Dalam bukunya The Last of the Mohicans (Suku
Mohikan yang Terakhir), James Fenimore Cooper menceritakan tentang
seorang tokoh bernama David Gamut. Ia adalah seorang Kristen yang taat
dan suka menyanyikan ayat-ayat Mazmur dalam situasi apa pun yang
dihadapinya. Gamut percaya bahwa Allah dapat diandalkan di tengah masa
krisis maupun di masa senang. Ia menjalani hidup dengan penuh pujian
akan kedaulatan Allah, yaitu pada kuasa, otoritas, dan kendali- Nya yang
mutlak atas dunia ini.
Alkitab juga menceritakan tentang Daud yang sungguh pernah hidup.
Raja Daud dari Israel adalah seseorang yang tidak asing lagi pada
keadaan hidup yang tak terduga dan ia suka menanggapi semua itu dengan
memuji Allah. Ia mengalahkan raksasa Goliat dengan umban dan batu, ia
dikejar-kejar Raja Saul yang ingin membunuhnya, dan ia berhasil
mempersatukan bangsa Israel di bawah pemerintahannya. Namun di dalam
segala keadaan tersebut, Daud masih menyempatkan diri untuk menulis dan
menyanyikan mazmur pujian bagi Allahnya yang berdaulat. Sebagai contoh,
ia menulis, “Tuhan sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya
berkuasa atas segala sesuatu” (Mzm. 103:19). Daud memahami bahwa dalam
keadaan apa pun kita dapat menyembah dan mengucap syukur kepada Allah
atas pemeliharaan dan kendali-Nya.Apakah yang sedang Anda alami hari ini? Saat-saat yang penuh berkat atau justru pencobaan? Dalam keadaan apa pun, ingatlah teladan yang Daud berikan, dan nyanyikanlah pujian kepada Allah untuk kekuasaan-Nya atas hidup kita. —HDF
Tuhan, bentuk hidupku seperti yang Engkau mau,
Pandu aku setiap hari dengan rencana kasih-Mu;
Ambillah yang Kau perlu dan berilah sesuai kehendak-Mu;
Hidupku ini milik-Mu untuk Kau pakai dan penuhi. —Branon
Pandu aku setiap hari dengan rencana kasih-Mu;
Ambillah yang Kau perlu dan berilah sesuai kehendak-Mu;
Hidupku ini milik-Mu untuk Kau pakai dan penuhi. —Branon
Haleluya! Pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! —Mazmur 150:1-2
http://rbcindonesia.org/