Thursday, October 7, 2010

HIDUP SELALU BERPUTAR

Benarkah hidup manusia selalu berputar? Dengan kata lain, jika sekarang ia menangis, maka nanti akan berganti menjadi tawa? Jika sekarang ia susah, maka nanti dia akan menikmati kehidupan yang lebih baik. Pernyataan seperti ini sering muncul di tengah kehidupan orang Kristiani. Banyak sekali orang memakai ungkapan ini seolah-olah bermaksud ingin memberikan penguatan. Betul mungkin jika hal ini dimaksudkan demikian, namun jika ungkapan ini kita sampaikan kepada orang kaya dengan berkata; “sekarang anda kaya, nanti pasti akan miskin karena hidup selalu berputar”. Saya pastikan yang akan terjadi adalah perkelahian.

Mungkin hal serupa pernah terjadi dalam kehidupan saudara. Seorang jemaat pernah berkata kepada saya, pak Pendeta, sekali-kali dengar kotbah dong sebagai jemaat, jangan ngotbahin orang terus. Saat itu hati saya sedikit tersinggung, penafsiran saya langsung ke arah negatif, jangan-jangan jemaat ini sudah tidak lagi berkenan dengan kotbah saya. Lalu saya beranikan diri untuk bertanya kenapa beliau berkata demikian, dia jawab; “bukankah dengan pernah menjadi jemaat, maka pak Pendeta akan lebih banyak memahami seperti apa jemaat itu? Dan bukankah dengan menjadi jemaat pak Pendeta juga akan melakukan apa yang pak Pendeta kotbahkan selama ini?” Saat itu, jawaban itu hanya saya simpan dalam hati tanpa ingin memperpanjang. Setelah kembali ke rumah, lalu saya berfikir, mungkin apa yang beliau katakan itu benar. Lalu minggu-minggu selanjutnya, meskipun selesai berkotbah dalam suatu kebaktian minggu, saya selalu mencoba mencari tempat lain dimana saya bisa mendengar kotbah untuk memposisikan diri sebagai jemaat. Dan pola fikir saya terbuka, akhirnya saya buktikan sendiri bahwa sering ternyata ketika Pendeta kotbah, kritik akan kotbah tersebut terlontar dari jemaat, namun karena jarak antara jemaat dan Pendeta begitu jauh, maka tentu Pendeta tidak mendengar. Saya juga melihat betapa gelisahnya beberapa jemaat ketika Pendeta kotbah dengan panjang. Dan saya belajar dari pengalaman itu.

Saya bukan ingin berkata, saudara harus melakukan seperti apa yang saya lakukan dimana ketika kita menjadi orang kaya, maka kita harus memposisikan diri terlebih dahulu jadi orang miskin untuk mengetahui bagaimana rasanya, saya yakin banyak orang yang tidak mau melakukannya. Tapi hendaknya pernyataan “hidup manusia itu selalu berputar” akan menjadikan manusia memiliki pengendalian diri yang baik dalam kehidupannya. Ketika ia kaya, maka ia harus mengendalikan dirinya dan mengingat bahwa jika tidak mengendalikan diri, maka bisa saja ia nanti akan jatuh miskin. Begitu juga dengan orang yang saat ini miskin juga harus mengendalikan dirinya sebab jika tidak, dia akan mengandalkan segala cara supaya bisa kaya meski harus jatuh ke dalam dosa. Saya pun demikian, ketika saya berkotbah, saya harus mengendalikan diri agar saya jangan jadi batu sandungan bagi jemaat, dan ketika saya menjadi jemaat, harus mengendalikan diri agar saya tidak pulang dengan sia-sia dari rumah Tuhan setiap minggunya.

Selamat merenung akan “hidup selalu berputar”.

Salam : Pdt. Tonggo sitompul

3 comments:

Ariesvio said...

Salam persahabatan...thanks

Supardi Manroe said...

Intinya memosisikan diri pada kondisi orang lain sehingga kita jangan bersikap semena2 terhadap orang lain...

bersediabelajar said...

Kalau menurut pendapat kebanyakan "memang benar hidup itu selalu berputar" ya... ttp menurut firman Tuhan hidup itu seperti "uap" sebentar ada, dan secepat uap akan segera menguap hilang, bersyukur jika kt telah menngenal Kristus, dan melakukan kehendakNya, akan tetap HIDUP SELAMANYA, dari kemuliaan sampai kemuliaan, maaf comments kebanyakan, lg blogling cr artikel, smpai d sini, salam kenal