Thursday, June 9, 2011

Di mana hati kita?

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Matius6:12)

Secara jenaka, seseorang menuliskan bagaimana anak Balita "mengklaim" suatu barang: 1. Kalau aku menyukai sesuatu , berarti benda itu punyaku; 2. Kalau sebuah benda kupegang , berarti itu milikku; 3. Kalau aku bisa merbut sesuatu darimu, benda itu jadi punyaku; 4. Kalau aku melihat sesuatu lebih dulu, benda itu jadi milikku; 5. Kalau kamu bermain dengan sesuatu, lalu kamu menaruhnya, otomtis benda itu jadi milikku; 6. Kalau benda yang kita perebutkan pecah, maka itu jadi milikmu.

Ketamakan sangat serupa dengan nafsu- keinginan besar untuk memiliki sesuatu demi kesenangan pribadi. Serupa gambaran tentang Balita di atas, orang tamak hendak memiliki semua yang disukai dan diingininya. Padahal, ketamakan tak pernah dapat dipuaskan. Dan, keinginan yang tak terkendali dapat membahayakan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Jadi bagaimana melawan nafsu tamak ini? Tuhan meminta kita menujukan hati pada harta yang kekal. Terlalu memburu harta di bumi hanya akan membuat kita terikat dan dipewrhamba harta. Menghabiskan waktu dan kesehataan untuk menumpuk harta, yang takkan pernah kita bawa di akhir hayat. Sebaliknya, jika Tuhan menjadi yang terutama, susungguhnya kita akan hidup lebih tenang. Kita akan bekerja dengan tahu batas waktu untuk melakukan pelayanan. Pula, kita bijak menggunakan harta untuk memberkati sesama dan mendukung pekerjaan Tuhan.

1 comment:

Sigid said...

Betul itu bos, sedari kecil harus dibiasakan untuk lebih mencintai Tuhan daripada dunia ini. Tapi bukan berarti dunia harus dilupakan lho, karena kita kan hidup di dunia..^^