Friday, November 13, 2009

ETIKA KRISTEN

Janganlah engkau keras terhadap orang tua, melainkan teorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian. (1 Timotius 5: 1-2)


Nasehat Rasul Paulus kepada Timotius ini berupa tatakrama sebagai pelayanan Tuhan bagi yang masih muda-belia, dan nasehat ini sangat perlu disimak oleh kita yang ingin dianggap layak oleh Tuhan untuk dipakaiNya secara efektif. Wibawa tidak tergantung pada usia tetapi tergantung pada keserasian hidup dengan apa yang kita ajarkan pada orang lain. Bila dalam perkataan , tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian kita menjadi teladan, kita akan memiliki wibawa ilahi itu.


Paulus berulang kali mendorong Timotius agar bertindak berani penuh wibawa.

Kini nasehat itu diseimbanginya dengan anjuran agar Timotius menganggap para orang –tua dilayaninya, sebagai bapa atau ibunya, dan orang muda sabagai saudara-saudarinya. Bagi Timotius yang masih muda, sikap ini mencegah dia dari kesombongan dan ketidakmurnian. Prinsip ini perlu juga dijalankan oleh hamba Tuhan kini. Sikap kekeluargaan, hormat, kasih yang menjaga kita dari kesombongan atau dari penyimpangan kepola hubungan yang tidak sehat. Pelayanan harus dijalankan dalam garis-garis prinsip benar.


Kekudusan gereja harus dipertahankan. Hal ini berkaitan erat dengan perlakuan terhadap dan perilaku para pemimpin gereja. Paulus mengingatkan agar para pemimpin yang baik dan memberikan teladan terpuji dalam hidup dan pelayanan dimanfaatkan sementara kebutuhan-kebutuhan hidupnya tidak diperhatikan. Juga tuduhan yang tidak beralasan terhadap pemimpin jemaat harus ditolak. Sebaliknya para penuduh palsu itu harus ditegur di hadapan publik. Namun bila pemimpin tersebut menang bersalah, ia pun harus tegur di hadapan publik Tindakan ini menjamin kemurnian hidup gereja.


Selain diatas, sebagai hamba Tuhan memang dapat terposok ke dalam dua kesalahan; gaya hidup santai karena bekerja sendri tanpa kontrol manusia, atau gaya hidup “bunuh diri” perlahan-lahan karena melayani tanpa memperhatikan kebutuhannya. Hubungan iman dengan perbuatan harusnya melahirkan mutu pengabdian yang lebih tinggi. Itu sebabnya kita perlu bertekun bukan saja untuk mengajar orang lain dengan firman kebenaran, tetapi untuk belajar firman bagi kepentingan kerohanian diri sendiri sambil melakukannya lebih dahulu.



Pelita Hati

HKBP Depok I Ressort Depok

No comments: