Tuesday, October 27, 2009

Hidup adalah anugerah Allah

Apakah perjalanan kehidupan saudara sudah mencapai kesempurnaan, atau dengan lebih sederhana saya tanyakan, apakah saudara sudah merasa puas dengan kehidupan ini? Kalau saya disuruh menjawab pertanyaan itu, saya akan mengatakan bahwa pertanyaan itu tidak akan menemukan jawaban. Kenapa, karena manusia tercipta dengan ketidakpuasan menempel dalam dirinya.

Dan jika kita boleh bertanya dengan sedikit ekstrim, apakah menurut saudara nasib itu ada? Atau tidak? Pertanyaan ini sebenarnya amat mirip dengan pertanyaan keberuntungan. Pertanyaan yang menarik! Namun sebenarnya pertanyaan ini tidak menjadi pertanyaan utama, yang menjadi penting adalah apakah dalam setiap situasi kita selalu mengucap syukur? Ketika manusia mampu mengucap syukur maka ia tidak akan peduli dengan pertanyaan apakah nasib itu ada atau tidak.

Dalam Alkitab kita akan menemukan nas yang mengatakan bahwa manusia hanya merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan…(Man proposes, God disposes). Jika ditanya apakah cita-cita kita dulunya sesuai dengan apa kita sekarang ini? Belum tentu semua mengatakan sesuai. Saya juga tadinya diimpikan oleh orang tua menjadi seorang SH eh, taunya jadi STh. Dan suadarapun mungkin mengalami hal yang serupa seperti saya dalam situasi yang berbeda. Dan Yakobus berkata: Hidup itu adalah uap. Tidak bisa dipegang. Tidak bisa dikuasai. Terkadang pula hidup ini adalah suatu tempat yang kurang atau bahkan tidak kita senangi. Dan hampir setiap orang pernah mengalami situasi itu.

Terlepas dari apa yang saya jelaskan sebelumnya, pernahkah kita meneliti kata atau kalimat apa yang paling banyak dipakai oleh orang Indonesia pada umumnya? Secara bersama kita akan mengatakan bahwa kata yang paling sering kita temukan adalah kata “Terima kasih”. Bukankah bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang paling ramah sedunia??? Hampir untuk apapun kita selalu berterimakasih. Sudah terkena marah dari atasan tetap mengucap terima kasih. Bahkan kalimat dalam surat yang isinya protes keras atas sikap dan kebijakan seseorang, tetap juga diakhiri dengan kalimat “atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih”. Sejak kecil kita memang selalu dididik untuk itu, dan itu tidak salah.

Tapi apakah kita melakukan hal serupa kepada Tuhan dalam hidup ini? Jika boleh saudara menjawab dalam hati, saya mau bertanya, berapa kali anda telah mengatakan terima kasih kepada Tuhan untuk satu hari ini? Jika anda tersenyum membaca pertanyaan ini, berarti mungkin anda belum mengatakan terima kasih lebih dari lima kali. Padahal Tuhan suka sekali kepada orang Kristen yang tahu berterimakasih.

Salah satu ungkapan iman Kristiani yang paling penting adalah “hidup yang berterimakasih”. Karena itu, Paulus berkata,: “bersyukurlah di dalam segala hal”. Itu berarti Tuhan juga mau agar kita berterimakasih. Kita memang pantas untuk bersyukur. Dan kita mempunyai lebih banyak alasan untuk itu. Mungkin sampai detik ini, banyak doa saudara yang belum Tuhan kabulkan, atau mungkin yang Tuhan tidak berikan, bukan berarti saudara dan saya harus berhenti mengucap syukur. Kita menghadapi kesulitan, kekurangan dan keterbatasan, namun kepada kita masih diberi hidup; itu adalah alasan untuk berterimakasih. Namun jauh lebih mudah kita mengatakan terima kasih kepada teman ketika dia melakukan perkara-perkara sederhana, daripada kepada Tuhan yang selalu setia melakukan perkara-perkara besar. Sebab apa? Sebab kalau teman melakukan sesuatu, kita melihatnya. Tapi jangan lupa, harus diketahui dan dipahami bahwa di balik tangan manusia itu, selalu ada tangan Tuhan. Ini tidak kita lihat dengan mata kita, ini hanya dapat kita akui dengan iman kita.

Mengutip sebuah tulisan di buku yang berkata bahwa tidak semua yang kita harapkan itu terjadi di dalam hidup kita, oleh karena itu perlu sikap taat. Mau dengan ikhlas menerima apa yang ditentukan oleh Tuhan betapapun sulit dan beratnya itu, betapa pun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Di dalam ketaatan itu terkandung pula pernyatan yang mengungkapkan niat untuk bekerja keras. Mengucap syukur dalam segala hal akan melahirkan sikap menikmati hidup dan dalam menikmati hidup akan melahirkan niat bekerja keras. Bersyukur kepada Tuhan itu tidak cuma terbatas dengan mengucapkan “Haleluya, Puji Tuhan” setiap kali. Bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati juga berarti; “dengan hati nurani yang bersih, bekerja keras, gigih dan ulet, pantang menyerah”.

Percayalah, rasa syukur kepada Tuhan dengan segenap hati akan memberi kepada kita sumber tenaga yang tidak ada habis-habisnya untuk berusaha, untuk bekerja, sebab kita akan menyadari bahwa kita tidak pernah cukup bersyukur kepadaNya. Dan karena itu kita harus berusaha semakin baik dan semakin baik lagi. Saya percaya Tuhan akan selalu memberkati setiap pekerjaan dan usaha kita ketika kita datang kepadaNya dengan ucapan syukur. Terpujilah Kristus Kepala Gereja….Salam!!!

Pdt. Tonggo sitompul. STh ….

No comments: