Waktu sudah menunjukkan pukul 23.46 WIB, saat yang baik untuk tidur dan terbang ke alam mimpi, apalagi besok hari senin, hari ke-19 di bulan Oktober, juga hari untuk kembali mulai beraktivitas. Namun mata belum berasa ngantuk, masih betah melotot manis, mungkin karena tidur singkatku tadi siang yang sejujurnya bukan suatu kebiasaanku atau mungkin juga karena pengaruh bubur BRD yang baru satu jam yang lalu aku nikmati bersama dua temanku, Sisca dan Elisabeth. Hmm….masih terasa nikmatnya. Aku beranjak dari tempat tidur lalu duduk bersandar di kursi meja computer, pikiranku melayang pada apa yang kualami sebelum aku tiba di rumah, tepatnya tujuh jam sejak berangkat ke gereja. Apakah malam ini aku akan menulis atau merekam tentang apa yang berkecamuk dalam pikiranku ini? Batinku. Biasanya aku akan lebih senang memilih merekam suaraku di mp4. Dengan merekam, waktu yang diperlukan tidak sebanyak waktu dibutuhkan untuk menulis, apalagi ini sudah larut, menulis bisa dilakukan di mana saja. Tapi entah kenapa aku malah memilih untuk menulis, bahkan tidak tanggung-tanggung aku malah ingin menulis langsung di halaman blogku, bukan di buku diary/note seperti biasanya. Ah sudahlah, pikirku, yag penting semua isi pikiran ini dapat tertuang. Akhirnya kuurungkan niatku untuk membuka facebook supaya aku bisa konsentrasi menulis, dan baru kusadari, tanganku sebelah kanan masih memegang erat dua kertas kuning yang tadi aku raih dari tas gereja yang tergeletak di sampingku, warta jemaat dan bulletin Ibsus hari ini. Yah, kedua isi kertas itu telah membuatku menangis saat ibadah sore di gereja HKBP Jatiwaringin.
Tadi, tepat jam 15.25 WIB, aku berangkat ke gereja, sebelumnya aku sudah janji sama temanku, Sisca, akan kebaktian bersama di Ibadah Khusus HKBP Jatiwaringin. Dikarenakan jarak antara rumah dengan gereja tidak begitu jauh, aku pun berangkat dengan tidak terburu-terburu.
Ah, ternyata perkiraanku salah, ketika tiba di gereja dan melintasi area parkiran, lamat-lamat terdengar suara jemaat bernyanyi diiringi musik band. Duh, aku telat! mungkin dua atau tiga menit. Ini pasti nyanyian panggilan beribadah, pikirku. Aku mengarahkan pandangan ke arah beberapa teman yang juga terlambat, ada yang terlihat buru-buru, ada yang sangat santai seolah-olah ibadah belum dimulai, ada yang terlihat mondar-mandir menunggu seseorang seperti yang pernah kulakukan beberapa minggu lalu, namun ada juga seperti diriku yang terlihat tenang saat tiba di depan pintu gereja, mengambil bulletin Ibsus yang sudah disediakan di atas sebuah meja, lalu memasuki ruangan gereja. Mataku tertuju pada bangku-bangku kosong di belakang yang yang tidak jauh dari tempatku berdiri dan kepada setiap jemaat yang belum begitu banyak sedang berdiri menyanyikan lagu pujian penyembahan yang sudah akrab ditelingaku. Hmm…ada yang bersemangat namun ada juga yang tidak. Aku mulai menyusuri bangku-bangku kosong bagian belakang kolom pertama yang kuyakini dalam
Aku mulai ikut bernyanyi sambil menatap layar di depan, mencoba membaca syair lagu-lagu yang tertera di
Saat mengikuti ibadah, aku menyadari kalau hampir semua lagu mengingatkanku akan beberapa hal yang terjadi dalam hidupku, lagu sebelum votum, “Tinggikan diriMu”, salah satu lagu yang mengiringi langkahku ke tempat kerja beberapa bulan lalu, trus lagu sebelum Hukum Taurat, “Here I am to worship”, lagu yang menemeniku saban aku buka situs blogku, kemudian lagu “Bagai rajawali” dan “Di bawah kepak sayapMu” mengingatkannku akan satu minggu belakangan ini, yang ingin banget melintasi langit biru bagai rajawali bersamaNya dan berlindung di bawah kepak sayapNya dalam mengatasi persoalan hidup ini dan butuh kekuatan dariNya karena kodisiku yang sangat lemah.
Ibadah masih berjalan dengan lancar, meskipun tidak dapat dipungkiri teman-teman ada yang tidak dapat menahan hasrat untuk tidak mengobrol dan berbisik-bisik yang tentunya dapat mengganggu konsentrasi jemaat yang beribadah.
Kotbah inang pendeta yang kutunggu-tunggu, terasa menyadarkanku lagi. Aku memposisikan diriku seperti nabi Musa yang merasa tidak mampu menjalankan tugas yang Tuhan percayakan kepada Musa, padahal TUHAN mengatakan kalau Musa akan selalu dalam penyertaanNya dan menghadirkan Harun untuk membantu Musa dalam menjalankan tugas yang Tuhan perintahkan. Aku berpikir apakah ada jemaat yang hadir mempunyai masalah yang sama denganku? Aku berharap aku bisa seperti Musa yang akhirnya sadar dan kemudian mejalankan tugas panggilan Tuhan. Kembali aku membaca renungan yang ada buletin ibsus dan menghubungkannya dengan kotbah inang pendeta. Suara-suara itu lagi-lagi menegurku, aku menahan airmataku supaya tidak jatuh lagi, duh! Aku merasa dua minggu ini, diriku cengeng banget, bawaanya menangis mulu, hanya karena suatu hal yang kurasa tidak mampu kulakukan, baik dalam dunia kerja maupun dalam aktivitasku yang lain, padahal di sisi lain banyak orang yang sangat membutuhkanku di lingkungan kerjaku, di keluarga dan pelayananku. Aku butuh motivasi, butuh perhatian, butuh dorongan untuk membuatku semakin optimis dan percaya diri dalam menjalankan tugasku. And now, aku akan bangkit. Tuhan akan mendapingiku. Aku tahu apa pun yang terjadi dalam hidup ini ada penyebanya dan jika itu satu hal yang dapat dikategorikan suatu masalah, aku yakin semua itu pasti bisa diselasaikan dengan baik dan bijaksana karena
Saat persembahan ke-2 yang dihantarkan ke depan untuk korban bencana alam/gempa di Sumatera Barat,
Usai ibadah, aku baru sadar, niatku untuk merekam satu dua lagu terlupakan…Kuakui merekam sudah menjadi kebiasaanku. Meskipun begitu, aku tetap senang dan tersungging sendiri, karena tadi, diam-diam aku sempat merekam suatu hal yang lebih menarik perhatianku. Mudah-mudahan saja tidak ada yang memperhatikanku. Dan aku memang yakin teman-teman tidak akan ada yang tahu, mereka hanya tahu, bahwa aku merekam lagu-lagunya saja, padahal ada hal lain yang kurekam tanpa mereka sadari. Ini sudah kesekian kali aku merekamnya, dan semua itu sudah tersimpan rapi di mp4 yang selalu setia menemani dan menghiburku. Apakah itu? Lebih baik tidak kubeberkan di halaman ini, secret! Hahhahaa…Yang tahu hanya aku dan Tuhan. Kemudian aku menyalami teman-teman, dan teman-teman yang lain pun saling bersalaman mengucapakan selamat hari minggu, aku senang melihat kegembiraan di wajah mereka, begitu ceria dan menyenangkan. Aku ikut berbaur dengan mereka dan mengobrol apa adanya dan berharap mereka semua mendapatkan sesuatu yang baru dalam ibadah yang baru saja usai. Kemudian aku keluar melalui pintu samping gereja dan berdiri di koridor samping. Aku berniat menelepon temanku yang belum kelihatan batang hidungnya, padahal kami ada rencana usai ibadah akan langsung menghadiri acara resepsi pernikahan teman. Namun pada akhirnya aku memilih untuk tetap di geraja saja karena ternyata, ada rapat naposo untuk memastikan apakah NHKBP Jatiwaringin ikut berpartisipasi dalam pesparawi di HKBP Pasar Rebo. Aku berharap niat kami untuk ikut memang tulus, salah satu
Sepuluh menit sebelum rapat usai, temanku, Sisca muncul dengan penampilan yang menawan, aku tersenyum menyambutnya, dia minta maaf dan mengajakku untuk makan malam di luar sebagai ganti acara resepsinya. Seusai rapat kami masih ngobrol-ngobrol di corner dengan beberapa teman naposo yang masih tinggal. Setengah jam kemudian kami beranjak meninggalkan gereja dan mengajak teman kami yang lain,
Kalau saja hari masih sore kami masih akan betah berlama-lama disana, tapi ini sudah larut. Lalu atas keputusan bersama kami pun segera pulang dengan wajah ceria. Hm, minggu yang luar biasa pikirku, tak menyangka dalam tujuh jam yang kujalani barusan, membuatku semakin bersyukur bahwa Kasih Tuhan kepada umatNya sungguh luar biasa, Dia tidak pernah meningggalkan anak-anakNya, meskipun ada suka duka, inilah cara Tuhan untuk kita sadar dan belajar bagaimana hidup yang benar di hadapan Tuhan. Thanks God untuk setiap hari yang kujalani.
1 comment:
WL, pria muda berkaca mata... uummm... i guess i know what u mean.. Yup he's very tallented kak... really he is ;)
permisiii... mau lanjut baca2 lg yah..
Post a Comment