Thursday, July 30, 2009

Polusi antara asap dan amarah

Apa jadinya kalau jumlah kendaraan terus bertambah sementara pada saat yang sama tidak diikuti pengurangan jumlah kendaraan padahal ruas jalan tetap? Macet, sudah pasti. Sementara untuk menambah ruas jalan, adalah satu hal yang sangat mustahil dan masuk akal. Membuat jembatan layang (play over), juga ga mungkin. Bukankah di Jakarta ini sudah terlalu banyak jembatan? Maka ga heran kalau muncul olok-olok seperti ini: di daerah itu banyak sungai tapi ngak ada jembatan, sementara di Jakarta banyak jembatan tapi ga ada sungainya.

Setelah itu apa lagi? Polusi. Yup, polusi dari kendaran bermotor memang jadi momok menakutkan. Lebih menakutkan dari kemacetan. Kalau tercebak macet paling-paling cuma bikin telat, pusing dan sedikit bete. Setelah macetnya selesai, selesai pula penderitaan tersebut. Tapi kalau polusi, tidak sesederhana itu. Asapm knalpot yang mengepul di udara jelas bukan konsumsi yang baik buat hidung siapa pun. Ketika asap-asap itu terhirup maka pada saat yang sama sejuta kuman yang jadi biang kerok penyakit pernafasan ikutan masuk tanpa bisa dicegah. Sekalipun tersedia bulu-bulu halus dalam hidung yang jadi filter alais penyaring, tapi tidak cukup ampuh untuk menghalau serbuan polusi bukan cuma kesehatan semata, tapi juga kesehatan psikologis.
Berdasarkan penelitian dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), terbukti asap kendaraan bermotor dapat memicu emosi seseorang. Kok, bisa? Sebab, karbon monoksida (CO) yang terkandung dalam polutan bisa mengikat sel darah merah (Hemoglobin) di dalam tubuh. Dibandingkan dengan oksigen, unsur CO bisa 200 hingga 240 kali lebih mengikat hemoglobin. Dan akibatnya, bisa mengakibatkan perubahan-perubahan sifat seperti mudah marah, tegang dan emosi yang meningkat. Mengingat cukup seriusnya ancaman polusi udara di jalan raya itu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menganjurkan untuk menggunakan masker terutama bagi mereka yang berada di daerah polusi selama delapan jam atau lebih. Salah satunya pulusi lalu lintas. Tentu saja mereka yang sedang bertugas mengatur arus lalu lintas, bukan mereka yang sedang tawar menawar dengan pelanggar aturan main. Dengan masker tertempel di wajah diharapkan bisa mengurangi stressing yang dipicu oleh polusi kendaraan.

Satu hal lagi ancaman dari polusi adalah kanker! Menurut seorang peneliti dari BPPT, Ir. Teguh Prayudi mengungkapkan bahwa berdasarkan foto chemical, debu asap yang berasal dari kendaraan bermotor mengandung zat carsiogenik ynag bisa memicu kanker.

So, jangan anggap remeh poluisi, juga pilisi. Sebisa mungkin hindari keduanya. Sebab polusi bisa mengundang sejuta penyakit, dari sesak nafas, jantungan, sampai kanker. Untuk menghindarinya cukup gunakan masker, atau sapu tangan untuk menutup mulut dan hidung agar terhindar dari serbuan asap-asap knalpot. Atau bisa juga hindari daerah-daerah yang rawan pulusi seperti jalan raya, pabrik apalagi temp[at sampah. Dan berurusan dengan polisi tentu sangatlah tidak nyaman. Apalagi pilisipilisi yang terkontamidasi oleh polusi. Baik polusi kendaraan apalagi polusi jembatan.

ETNIX

No comments: